Refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Marsigit
Program Studi Pendidikan Matematika S2 Kelas D
Jum'at 10 Oktober 2014, jam 10.00-11.40 WIB
di Ruang 100B Gedung Utara Pascasarjana UNY
Program Studi Pendidikan Matematika S2 Kelas D
Jum'at 10 Oktober 2014, jam 10.00-11.40 WIB
di Ruang 100B Gedung Utara Pascasarjana UNY
Filsafat itu dirimu sendiri
Berfilsafat, mencoba
melihat apa yang tidak tampak dari yang tampak. Misalnya melihat sifat, apakah
suatu sikap itu tetap atau berubah.
Kita di dalam kancah
kehidupan kontemporer sepertinya hanya seekor ikan yang ada di laut. Di tengah-tengah
lautan kehidupan. Kita belajar filsafat artinya ikan itu cerdas. Mamiliki sensor
untuk menganalisis apakah air itu sehat atau tidak. Semata-mata demi kehidupan
dan kebahagiaan dia. Hidup di dunia ataupun di akhirat.
Semua yang ada di dunia
berpasangan. Termasuk sifat. Maka bisa diidentifikasi yang chemistri, sebangsa
dan se tanah air. Jilbab itu sebangsa dengan wanita, sarung itu identik dengan
kenduri. Anting-anting sebangsa dengan wanita, maka ketika ada seorang
laki-laki memakai anting-anting akan menimbulkan pertanyaan. Ia akan terbebas
dari beban pertanyaan itu apabila bisa menjelaskan. Itulah filsafat.
Yang chemistri dengan
yang tetap itu misalnya, di dalam pikiran. Yang chemistri dengan yang berubah
misalnya, di luar pikiran. Yang di dalam pikiran itu muncul pemikiran Plato kemudian
dikenal dengan idealisme, dan yang di luar pikiran muncullah pemikiran Aristoteles
yang kemudian dikenal dengan realisme. Dengan bermacam-macam bentuknya.
Sekedar sopan dan
santun terhadap ruang dan waktu inti dari meruat diri sendiri. Jalankanlah filsafat
anda. Aku tidak sama dengan aku, karena belum selesai aku menunjuk diriku, aku
sudah berubah dari aku yang tadi menjadi aku yang sekarang. Aku sama dengan aku
hanya berlaku di dalam pengandaian, di dalam pikiran, dan di akhirat.
Matematika itu hanya
benar ketika ia ada di dalam pikiranmu, ketika engkau tulis salahlah ia.
Subyek adalah dewanya
seluruh predikatnya. Predikatnya adalah sifat-sifat yang berlaku pada subyeknya
tersebut.
Filsafat itu olah
pikir. Menurut imanuel kant ilmu itu bersifat sintetik apriori. Artinya bisa
memikirkan sebelum melihat.
Hakikat ilmu adalah
tersembunyi. Salah satu cara adalah berbakti kepada orang tua. Dalam pewayangan
ada orang tampan yang tugasnya mencari ilmu, ialah Harjuna.
Dewa sebagai contoh
kebaikan dan menciptakan kebaikan-kebaikan.
Dengan berfilsafat kita
dapat menyukuri ciptaan-ciptaan Tuhan. Sehingga kategori menjadi sangat
penting, maka lahirlah rasionalisme dan logika, logika kemudian digunakan untuk
menterjemahkan pikiran.
Menurut Aguste Comte,
filsafat itu tidak penting, lebih penting tindakan. Siapa saja yang kental
dengan spiritualismenya, tanda ia terbelakang, menurut Comte. Dari situ
lahirlah metode saintifik. Para spiritialis tidak menyadari bahwa
spiritualisnya terkikis.
Tiadalah ilmu kalau
tidak diatas pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar